Telah kita ketahui bersama istilah branding menjadi hal biasa dalam dunia bisnis, namun perlukah membangun branding sekolah di era digital sebagai wujud eksistensi? Branding sekolah di era digital sangatlah diperlukan menginggat peserta didik adalah generasi milenial. Di era digital dituntut cepat dan mudah, perubahan sangat cepat membuat kita dituntut selektif dalam mempertimbangkan dampak ke depannya. Namun banyak salah mengartikan branding dengan pemasaran dianggap sama, padahal kedua hal tersebut jelas berbeda secara fungsinya. Branding sekolah yang baik dan kuat akan membuat sekolah tersebut bersaing dan eksis terutama di zona pembelajaran abad 21 seperti saat ini. Digitalisasi di gadang gadangkan menjadi tantangan terbesar dalam menciptakan generasi bangsa. Dalam Membranding saat ini dibandingkan dengan dahulu, saat ini memperlukan waktu yang lebih singkat, namun memerlukan kecermatan dan ketelitian. Era digital harus hati-hati dan ekstra untuk menghindari dampak negatif, karena sangat mudah tersebar dalam waktu singkat. Walaupun saat ini ramai akan sistem zonasi, branding sekolah tetaplah diperlukan. Karena branding menunjukan siapa anda sesungguhnya! Membangun branding dapat dilakukan dengan lima langkah pada umumnya yaitu be noticed, be connected, be sure of yourself, be consistent, dan be different. Brand sekolah masuk dalam brand ritel yaitu brand yang dibangun atas pengetahuan, budaya, pengalaman dan produk. Tujuan membangun branding sekolah yang pertama, eksistensi dunia pendidikan dalam mengawal perubahan dan kemajuan zaman. Kedua, pentingnya pendidikan mengisi konten positif internet dan terakhir mendukung pengoptimalan kemampuan dan pendidikan abad 21 yang menuntut kreatif, kolaborasi dan komunikasi. Dengan membangun branding sekolah diharapkan eksistensi dunia pendidikan mampu mengantar generasi milenial menju generasi emas 2045. Di era saat ini sekolah selaku tempat mencetak siswa yang tangguh terhadap digitalisasi tentunya perlu dikemas sedemikian rupa untuk memproteksi pengaruh negatif digitalisasi itu sendiri, dimulai dengan membentuk tenaga pengajar yang melek IT, tanpa alasan muda ataupun tua. Tentunya akan menciptakan suasana digital yang mampu mengimbangi dengan pembelajaran yang sesuai dengan era saat ini. Secara otomatis pembelajaran yang dikemas dengan digitalisasi akan mampu memberi proteksi terhadap warga sekolah dalam pengaruh negatif glibalisasi yang tidak terbatas. Maka dari itu dengan adanya kemasan unsur sekolah yang memanfatkan tekhnologi sebagai alat untuk membentuk generasi sesuai zaman sekarang ini, maka akan terciptanya suatu branding yang siap bagi sekolah dalam menghadapi digitalisasi.